Assalau'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh
10 dzulhijah, dimana Umat muslim di seluruh penjuru dunia merayakan
Hari Raya Qurban, untuk memperingati
peristiwa bersejarah bagi umat islam. Yaitu ketika Allah SWT menguji keimanan Nabi
Ibrahim a.s untuk menyembelih anaknya, Ismail a.s . Sehingga karena ketaqwaan
keduanya, Allah SWT memberikan pertolongan bagi keduanya dengan menggantikan
tubuh Ismail a.s dengan tubuh seekor domba. Begitulah sepenggal kisah Ibrahim
& Ismail a.s patut kita teladani. Bahwasannya ketika Kita telah
mengikrarkan kalimat Laa ilaa ha illallah, muhammadarrasulullah maka Kita juga harus bisa memberikan bukti
nyata bahwa Kita benar- benar mengimani, dan mewujudkan keimanan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari dengan melaksanakan segala perintah Allah, menjadikan Al
Qur'an sebagai pedoman hidup serta menjadikan Rosulullah SAW sebagai tauladan
yang baik.
kembali kedalam pokok pembahasan, haji adalah rukun islam
yang ke 5. belum sempurnalah islam
dalam diri seseorang sehingga Dia berhaji. Di dalam rukun islam yang ke 5 ini
Allah memberikan keringanan yaitu berhaji dilaksanakan ketika seseorang sudah
merasa mampu untuk berangkat ke tanah suci. Yang di katakan mampu disini adalah mampu segala lahiriyah dan
batiniyah.
Dengankata lain, berhaji harus sehat jasmani dan rohani, mampu
dalam hal pembiayaan serta mempunyai kesiapan ilmu. Sehingga dengan demikian
niat kita akan benar-benar lurus.. insyaallah. Kata mampu yang Saya gunakan dalam hal ini bermakna
sangat luas. Dalam artian, untuk berangkat ke tanah suci tidak harus menunggu
kaya. Kemampuan itu relatif dan bisa di upayakan. sehingga dalam hal ini yang
lebih penting adalah niat dan kemauan.
Jika Kita memandang kemampuan sebagai makna yang sempit, maka harusnya semua
umat islam yang mempunyai pekerjaan dan berpenghasilan di atas rata-rata
pekerja pada umumnya, seharusnya sudah berhaji. Seharusnya para pejabat,
pemilik perusahaan dan sebagainya sudah melaksanakan ibadah haji. Akan tetapi
kembali pada pribadi masing-masing, dimana tingkat kemauan mereka untuk berhaji berbeda satu sama lain.
Hanya manusia-manusia yang oleh Allah SWT di berikan petunjuklah yang mampu dan
mau melaksanakan ibadah haji.
Tak jarang kita lihat di sekitar kita banyak orang-orang
yang secara finansial mampu untuk beribadah haji tetapi mereka enggan dan
menunda-nunda keinginan untuk pergii berhaji. jika kaya adalah suatu
ukuran untuk menggambarkan terpenuhinya kebutuhan hidup, maka bukankah hanya dengan bersyukur maka hati kita akan merasa tenteram dan
merasa tercukupi atas segala nikmat Allah? dalam realita, kaya adalah
suatu kondisi dimana seseorang mampu membeli dan memenuhi segala kebutuhan
duniawi nya, serta mampu menimbun sebagian hartanya untuk di simpan sebagai cadangan
devisa anak cucunya. Apabila kaya di artikan sebagai kata cukup /tercukupi,
bukankah dengan bersyukur hati kita akan merasa tenteram dan merasa tercukupi
dengan segala nkimat yang Allah berikan? Jika kaya di artikan sebagai kata lain dari menimbun
harta untuk di gunakan di masa datang, maka akan lebih kaya seorang buruh/pedagang
sayur, tukang sol sepatu/buruh angkut dll yang menyisihkan sebagian hartanya
untuk di infaq kan dan di sedekahkan untuk saudara yang lebih membutuhkan.
Kenapa bisa di sebut lebih kaya? karena mereka yang hanya dengan penghasilan
yang hanya cukup untuk makan sehari masih bisa memberi makan orang lain'
membantu orang lain dan membantu mendirikan masjid. Subhanallah..
Bukankah sudah cukup banyak pemberitaan di media yang bisa
kita ambil pelajaran? ketika si pemulung mampu menyisihkan sebagian penghasilannya
berpuluh-puluh tahun untuk pergi berhaji. Atau si tukang pijat yang mampu
berhaji setelah menabung uang penghasilannya di dalam batang bambu. Begitulah
Allah SWT memberikan pembelajaran bagi kita yang (mohon maaf) lebih beruntung
daripada mereka. Sudah saatnya kita merasa malu terhadap Allah bahwasanya
segala nikmat pemberianNya telah kita nikmati sedangkan timbal baliknya kita
belum persiapkan. Penghasilan Saya pas-pasan, lalu bagaimana bisa saya berhaji? bukankah Allah telah memberikan
pembelajaran kepada kita melalui tukang pemulung tadi, Jika seorang tukang
pijat saja mampu menabung di dalam batang bambu dan akhirnya bisa berangkat ke
tanah suci, mengapa Kita sebagai orang yang berpendidikan tidak mampu melakukan
hal yang sama? kalau gak cukup uang, ya nabung. kalo di bambu takut hilang,
ya di bank.. Saya jadi teringat
khotbah jumat kemarin oleh Ustadz Taufiq di masjid Podomulyo. Beliau
mengatakan yen wis ono niat lan tekad, gusti Allah bakal maringi ragat. (
Jika sudah ada niat dan tekat, Allah pasti akan memberikan pembiayaan).
Semoga apa yang Saya utarakan tadi bisa bermanfaat bagi kita
semua dalam memotifasi diri kita untuk menuju ke arah ketaqwaan yang lebih
tinggi. Sebagai penutup, Saya akan berikan kutipan dari akun facebook Syech R*ji,
beliau mengatakan jadi umat islam itu ya harus radikal. mohon maaf, jangan
salah mengartikan kata radikal. radikal yang di maksud disini adalah menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah serta menjadikan Al qur'an
dan assunnah sebagai pedoman secara penuh. Dan bukan radikal yang
selama ini di artikan sebagai suatu aliran dan aksi teror.
Sekian tulisan dari Saya, semoga bermanfaat bagi Kita semua.
jika ada kesalahan itu semata-mata karena kekhilafan Saya, dan segala kebenaran
hanya milik Allah SWT.
wasalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh
No comments:
Post a Comment